Senin, 14 September 2009

BAHAYA LISAN…



Diceritakan… Seorang perempuan Lebanon bercerita tentang saudarinya di Syiria tentang peristiwa yang menimpa setelah kematiannya. Tepatnya beberapa saat usai pemakaman. Perempuan Lebanon ini bertolak menuju Syiria tempat saudarinya meninggal dan tiba di sana waktu sholat ashar, namun jenazah sudah dikuburkan sebelum kedatangannya.


Setelah masuk sholat maghrib pergilah perempuan ini dengan ditemani anak-anaknya menuju makam saudarinya. Dengan petunjuk anak-anak perempuan yang meninggal sempailah mereka kepemakaman dan malam pun semakin mencekam.


Di sinilah keanehan-keanehan terjadi, kuburan yang masih basah itu bergetar dan bergoncang, terdengar suara jeritan dan rintihan, gundukan tanah itu bergerak. Melihat hal itu anak-anak si perempuan yang meninggal segera membongkar kuburan ibu mereka, karena menduga ibu mereka masih hidup.


Tragis, setelah dibuka, jenazah berubah menjadi hitam legam. Tak tahan dengan pemandangan itu merekapun mengubur kembali jenazah. Usainya, gundukan makam kembali bergoncang hebat. Akhirnya, mereka meninggalkan pemakaman menuju kediaman. Tak lama kemudian para penggali kubur menyusul mereka dan menyampaikan bahwa suara aneh masih terdengar dari dalam kubur.


Ketika perempuan Lebanon ini ditanya perihal saudarinya, diapun mengabarkan bahwa saudarinya semasa hidupnya menjalankan sholat, namun pernah lima kali mengalami keguguran dan kenyataan pahit ini tidak bisa dia terima. Caci maki kepada Tuhannya tak elak keluar dari mulutnya “Buat apa sholat, Dia(Allah) telah mengambil anak-anakku tak ada gunanya aku sholat”.(na’uzubillah). Perkataan ini mengeluarkan pelakunya dari agamanya kemarahannya mengeluarkannya dari Islam. Seandainya saja ia bersabar, seandainya saja ia berucap hamdallah dan bersyukur tentu akan tercatat pahala baginya.


Menentang (protes) atau tidak rela dengan kehendak Allah adalah suatu perkara yang pelakunya tidak disebut seorang muslim, sama halnya dengan mengatakan Allah dzalim. Perkataan semacam ini mengeluarkan pelakunya dari Islam, baik dilontarkan dalam keadaan marah ataupun senda gurau, walaupun hatinya tidak meyakini perkataan yang diucapkan. Semua hal ini bukanlah udzur. (Sebagaimana diceritakan oleh Syekh Abdurrozzaq Syarif dari Syekh Abdullah dari yang mempunyai cerita).


Begitu juga perkataan ”mencintai tuhan adalah puncak kesalahan” pelakunya terjerumus ke dalam ‘lembah hitam’ dan harus mengucapkan dua kalimat syahadat untuk menjadi muslim kembali. Begitulah cara ia bertaubat. Sungguh, agama bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan. Dalam hal ini Imam Nawawi pengarang Minhaj Attholibin menyebutkan perkara yang mengeluarkan seorang muslim dari agamanya terbagi menjadi tiga. (gak usah jauh-jauh pengarang kitab sullam attaufiqpun dalam bab arriddah menyebutkan hal yang senada, la wong semua ulama kita sepakat akan hal ini kok)


Berkenaan dengan hal ini firman Allah:


[1]
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


Ayat ini menjelaskan bahwa semua perkataan yang diucapkan pasti dicatat oleh dua malaikat yang mulia Roqib dan Atid. Perkataan yang baik, yang buruk bahkan perkataan yang mubah (boleh) tercatat juga. Maka hendaknya setiap manusia memperhitungkan setiap perkataannya. Jika perkataan tersebut baik, pahala yang ia dapatkan. Namun, jika sebaliknya maka dosa yang diperolehnya.


Adapun mengenai tulisan pengarang kitab Sullam at-Taufiiq menyebutkan bahwa termasuk maksiat tangan adalah menulis sesuatu yang haram diucapkan. Imam Ghozali dalam Bidaayatul Hidayah menyebutkan, yang maknanya “sesungguhnya Al-Qolam (tulisan) adalam salah satu dari lisan, maka sebagaimana wajib menjaga lisan dari perkataan yang diharamkan seperti menggunjing dan sebagainya, begitu juga wajib menjaga tulisan”.


Ketidaktahuan dalam masalah agama tidak semuanya merupakan udzur. Ulama’ mengatakan orang yang bodoh adalah musuh bagi dirinya sendiri. Kalau memang demikian, seorang yang jernih akalnya akan selalu mendahulukan perkara-perkara terpenting di antara perkara-perkara penting. Maka cobalah kita bertanya apa yang lebih penting dari menuntut ilmu agama..?


Firman Allah:


إن أكرمكم عند الله أتقاكم
[2]


Dan meraih taqwa tentunya dengan ilmu agama. (lha bagaimana bisa meraih taqwa kalo ngak tahu halal dan haram, ngak bisa membedakan yang wajib dan sunnah ngak tau perkara yang manfaat dan perkara yang mbahayain agamanya..?)


Edisi selanjutnya prioritas ilmu agama.
Penulis ;
Al Faqir Betown, Indonesia


FOOTNOTE :


1] Surat Qof :18
[2] Al hujurat :13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar