Jumat, 21 Januari 2011

Allah pencipta segala sesuatu

Di antara pokok-pokok keimanan yang mana jika seseorang mengingkarinya maka tidaklah dia sebagai orang yang beriman: Mengetahui Allah dan rasulnya, seseorang tidak dianggap beriman kecuali mengetahui Allah dan rasiulnya.

Mengetahui allah yaitu dengan meyakini bahwa Allah ada tanpa menyerupai sesuatupun dari makhluq-Nya, tidak menyerupai alam semesta, tidak berupa benda kasar ataupun benda halus, tidak berupa benda kecil atau benda besar, akan tetapi Allah ada tanpa menyerupai sesuatupun yang tidak mungkin terbayangkan oleh diri kita, dan itulah arti makrifatullah (mengenal allah).

Rasulullah bersabda “ " لا فكرة في الرب
Maknanya: “Tuhan tidak bisa dipikirkan (dibayangkan)”. (H.R.Abu al Qasim al Anshary)

Imam al Ghazali berkata : “لا تصح العبادةالا بعد معرفة المعبود”
Maknanya: “ Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (Allah) yang wajib di sembah”.
Adapun mengetahui Rasul yaitu meyakini bahwa Muhammad ibn Abdillah adalah utusan Allah kepada semua alam baik dari golongan manusia maupun jin, serta membenarkan apa-apa yang disampaikannya dari Allah.

Kemudian pokok yang kedua dari pokok-pokok keimanan adalah: meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, dia pencipta benda-benda kecil dan besar, Khordalah adalah benda terkecil, kemudian sesuatu yang lebih besar darinya, begitu seterusnya sampai pada benda yang paling besar yaitu ‘Arasy, Allah tidak menciptakan sesuatu yang lebih besar dari ‘Arasy, [Allah menciptakan ‘Arasy tidak untuk bersemayam di dalamnya, akan tetapi untuk memperlihatkan kebesaran-Nya subhanahu wa ta’ala].

Imam Syafi’i berkata: “من قال أو اعتقد أن الله جالس على العرش فهو كافر "
Maknanya: “Orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘Arasy, maka ia kafir”. (Riwayat Ibn al mu’allim al Qurasyi dalam kitabnya “Najm al Muhtadi wa Rajm al Mu’tadi” h.155).

Allah bukanlah sebuah benda, baik itu yang bisa disentuh (katsif) seperti batu dan gunung atau yang tidak bisa disentuh (lathif) seperti angin dan cahaya. Allah tidak butuh kepada tempat atau arah, oleh sebab itulah Allah tidak disifati dengan tempat atau berada di suatu arah, karena Allah tidak menyerupai makhluq-Nya. Adapun yang terlintas dalam benak anda tentang Allah, Allah tidaklah menyerupainya, karena Allah tak bisa dibayangkan, Kita tidak mampu mengetahui hakikat Allah, dan ketidakmampuan kita untuk mengetahui hakikat Allah itulah sebenar-benarnya keimanan.

Begitu juga gerak dan diam manusia, pengetahuan dan penemuannya, semua itu tidak ada yang menciptakannya kecuali Allah subhanahu wa ta’ala, manusia tidak bisa menciptakan sesuatu yang ia perbuat, begitu juga ketika melihat sesuatu, pengelihatan itu bukanlah dia yang menciptakan, seseorang yang menggambarkan Allah berupa benda yang duduk di atas ‘Arasy tidaklah dia mengenal Allah, Allah ada sebelum ‘Arasy, langit dan bumi tanpa tempat dan arah, kemudian setelah menciptakan ‘Arasy, langit, bumi dan lainnya, tidak menjadikan semua itu sebagai tempat baginya, Allah ta’ala tidak berubah, Allah tidak boleh seperti makhluq-Nya, sebagian makhluq ada yang diam dan ada bergerak, ‘Arasy dan tujuh langit diam tanpa bergerak semenjak Allah menciptakannya, bintang-bintang bergerak semenjak ia diciptakan, manusia, malaikat, jin dan hewan-hewan kadang diam dan kadang bergerak, sebagian berada di arah dan sebagian yang lain berada di arah yang berbeda, adapun Allah tidak boleh seperti makhluk-Nya, berada di atas atau berada di bawah, dan tidak selalu bergerak atau diam, dan juga tidak boleh kadang diam dan kadang bergerak, maha suci Allah dari semua itu, karna Allah berfirman " ليس كمثله شيء"
Maknanya: “Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluknya, baik dari satu segi maupun dari beberapa segi”.

Ayat ini mensucikan Allah dari semua sifat-sifat makhluq-Nya, maha suci Allah dari benda kecil atau besar, benda di atas atau di bawah, bergerak atau diam dan maha suci Allah dari sifat berubah, karena semua itu adalah sifat-sifat makhluq-Nya.
Sebagian orang karena kebodohannya dalam masalah aqidah (keyakinan) menyangka bahwa jika seseorang berdo’a, bersedekah atau berdo’a pada malam nishfu sya’ban Allah akan merubah kehendak-Nya, mereka tidaklah mengenal Allah, mereka menyamakan Allah seperti makhluqnya. Kehendak kita bisa berubah, seseorang kadang punya keinginan atau rencana untuk melakukan sesuatu kemudian merubah rencananya tersebut. Adapun Allah tidak boleh seperti ini, apa yang dikehendaki Allah pada azal akan adanya pasti adanya dan apa yang tidak dikehendaki Allah pada azal akan tidak adanya tidak akan pernah ada, karena kehendak Allah satu semenjak azal dan tidak akan mengalami perubahan.
Wallahu a’lam